Anak perempuan yang patah hati

Setiap orang memiliki masa lalunya masing-masing. Entah indah entah suram, diakui ataupun tidak. Tapi satu hal yang pasti, masa lalulah yang menjadikan kita seperti sekarang ini.
Barangkali kita sekuat saat ini tak lain karena terlalu banyak melewati hal-hal yang membuat kita terluka di masa lalu. Pun seperti halnya tentang kepercayaan. Kita menjadi terlalu berhati-hati untuk bisa percaya kepada orang lain.
Kau tau? Seperti apa sakitnya dikecewakan setelah terlanjur percaya? Aku tau. Sakit yang bahkan tak pernah ingin kau ingat tapi selalu hadir menghantui di malam-malam tidurmu. Sakit yang semakin kau coba untuk tak mengingatnya, justru semakin lekat dalam pikiran dan benakmu. Yang sekeras apapun kau coba obati, tak pernah berhasil mengikisnya walau barang sedikitpun.
Andai kau tau. Luka yang hingga saat ini tak pernah sembuh dari hatiku bahkan aku dapatkan dari lelaki yang pertama kukenal dalam hidupku. Menyedihkan? Memang. Tapi apa yang bisa kulakukan selain membiasakan diri hidup dengannya. Karena selalu saja, hal ini yang berhasil membuat mataku basah.
Aku bahkan telah mengalami patah hati sebelum mengenal percintaan dengan lelaki.
Jika anak-anak perempuan pada umumnya mengidamkan suami yang seperti ayahnya, akulah pengecualiannya. Aku tak pernah menginginkan seseorang yang seperti ayahku. Karena aku yakin dan percaya, aku berhak dan pantas mendapatkan seseorang yang bahkan jauh lebih baik darinya.