Thursday 23 March 2017

Tentang kehilangan

Posted by Nana W at 07:10 0 comments
Hidup terkadang menjadi begitu lucu dengan segala kejutan dan ketiba-tibaannya. Sesaat ia menghadirkan tawa  nan bahagia, sesaat pula ia mengundang tangis dan duka.
Sejak kecil aku terbiasa menghadapi kehilangan. Hidup telah mengambil begitu banyak orang yang tersayang. Satu persatu dari mereka pergi.
Lalu, apa kehilangan terbesar dalam hidupku? Kehilangan terbesar dalam hidupku adalah aku kehilangan momen-momen penting di masa kecilku bersama ayah dan ibuku.
Saat semua anak bermanja-manja dengan ayahnya, merebahkan kepala di pangkuan ibunya dengan usapan lembut di kepala, aku hanya bermain dengan kesendirian. Menyimpan duka dan rindu diantara sepi. Kau tahu? Pertemuanku dengan orang tua hanyalah angan dalam keseharian. Karna bahkan jariku bersisa banyak untuk sekedar menghitung jumlah kepulangan ibuku dalam satu tahun. Sementara ayahku? Ia bahkan bisa tak pulang hingga tahunan.
Yaa, aku terbiasa dalam kesendirian. Bukan hal yang sulit bagiku untuk sekedar menikmati luka dan melupakan. Aku terbiasa mengobati lukaku sendiri. Terbiasa dengan kesedihan dalam kesendirian. Aku tak pernah membenci mereka, apalagi dendam. Aku hanya kehilangan rasa hormat dan empati pada ayahku. Karna dialah alasan dibalik segala duka dan luka yang tak bisa ku eja.

Wednesday 22 March 2017

Anak perempuan yang (kembali) patah hati

Posted by Nana W at 23:24 0 comments
Ada begitu banyak hal yang terjadi dalam beberapa bulan ini. Begitu banyaknya hingga aku bahkan tak sanggup menceritakannya.
Semuanya terjadi begitu saja, tanpa aba-aba. Hingga aku bahkan seperti tak sanggup menanggung semuanya.
Si anak perempuan yang malang ini, pada akhirnya benar-benar kembali merasakan getirnya patah hati yang amat dalam, untuk kedua kalinya sepanjang 24tahun usianya.
Jika anak-anak perempuan di luar sana begitu mengagungkan sosok ayahnya yang hebat, hingga menjadi their first love. Apalah aku ini, yang bahkan tak memiliki lelaki hebat dalam hidup.
Andai bisa meminta, barangkali akupun bahkan akan meminta pada Tuhan agar diberikan sosok ayah yang penyayang, bertanggung jawab dan penuh cinta seperti ayah dari anak-anak perempuan lain. Andai saja bisa.
Namun pada kenyataannya, Tuhan kembali mematahkan hatiku pada sosok yang dulu begitu dipuja-puja. Dulu, ia memang begitu baik. Begitu bertanggung jawab dan penyayang. Namun kini, semua seperti memori buruk di masa kecil yang kembali terulang. Hati ini kembali patah.
Tapi apapun itu, aku bersyukur.  Tuhan dengan begitu baik memberiku sosok ibu yang amat hebat. Ibu yang penyabar, tangguh, bertanggung jawab, pekerja keras, dan penuh cinta kasih. Sosok ibu yang seperti teman, saudara perempuan, dan juga sahabat bagiku. Tak ada lagi yang bisa kuharapkan, selain kesehatan, kebahagiaan dan keberkahan dalam hidup kami berdua. Yaa, kini kami hanya berdua.

 

Tumpah Ruah Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting