Hari ini adalah hari terakhir di tahun 2016. Cuaca kota Makassar diliputi mendung dan hujan sepanjang hari. Untunglah, suasana hati selalu terhibur oleh tingkah polah Naomi dan Ichiro. Dua kakak beradik yang amat aduhaai menguras tenaga.
Terlepas dari apapun yang telah terjadi selama 365 hari ke belakang, akan aku tutup catatan di tahun 2016 ini dengan penuh rasa syukur dan suka cita. Bahkan meski ada begitu banyak air mata, kecewa, dan juga duka. Karena yang aku yakini, tanpa semua duka dan air mata aku takkan pernah benar-benar tau apa itu hidup.
Puji syukur, Tuhan menjawab doa-doa ibuku dengan mewujudkan beberapa wishlist'ku di tahun ini. Meski pada kenyataannya, tak sedikit di antaranya yang harus kubayar dengan begitu mahal.
Untuk segala penghakiman, semua kuterima dengan lapang dada. Karna aku menyadari, orang lain tak pernah benar-benar memahami apa yang kita rasakan, apa yang kita lalui. Seperti halnya kita, yang juga tak pernah benar-benar tau apa yang telah mereka alami.
Harapanku di tahun 2017 nanti, semoga Tuhan senantiasa menjaga dan melindungi ibuku, memberinya kesehatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan. Tak ingin lagi ku melihat duka dan lara di dalam matanya.
Selamat tahun baru 2017
Saturday, 31 December 2016
Wednesday, 16 November 2016
Kembali patah
Kali ke sekian, aku dibuat jatuh cinta kemudian berakhir dengan tangis dan air mata. Yaa, percintaan selalu dimulai dengan tawa dan bahagia, tapi hampir selalu berakhir duka.
Kata-kata cinta, harapan-harapan. Semua hanyalah perasaan sesaat, yang kemudian berubah menjadi pesakitan kala angin bernama masalah datang menyapa.
Terkadang, kita terlalu sibuk dengan cinta yang kita miliki, hingga lupa bahwa kita telah menggenggam terlalu erat. Kadang, kita juga sibuk bergelut dengan prasangka sendiri. Hingga akhirnya emosi sesaat menyingkirkan apa yang semestinya dijaga.
Meski pada akhirnya semua berakhir hampa, tapi aku bahagia pernah berada dalam pelukmu. Terimakasih, untuk segalanya.
20 Oktober 2016
Kata-kata cinta, harapan-harapan. Semua hanyalah perasaan sesaat, yang kemudian berubah menjadi pesakitan kala angin bernama masalah datang menyapa.
Terkadang, kita terlalu sibuk dengan cinta yang kita miliki, hingga lupa bahwa kita telah menggenggam terlalu erat. Kadang, kita juga sibuk bergelut dengan prasangka sendiri. Hingga akhirnya emosi sesaat menyingkirkan apa yang semestinya dijaga.
Meski pada akhirnya semua berakhir hampa, tapi aku bahagia pernah berada dalam pelukmu. Terimakasih, untuk segalanya.
20 Oktober 2016
Categories
Kopi Cinta,
Perihal Hati yang Patah,
Sebuah cerita
Saturday, 1 October 2016
Pernikahan Sahabat
29 September 2016
Hari ini, sahabatku silviana dekayati menikah. The day before, ada acara siraman. Nggak nyangka banget acar ini bikin aku haru. Entahlah, rasanya kayak "yatuhan.. temen nangis ketawa bareng aku udah nikah aja. Kayaknya baru kmaren aku sama dia haha hihi bareng, nongkrong, curhat sampe pagi, ngapa-ngapain bareng. Ehh sekarang udah jadi istri orang". Tapi aku turut bahagia. Cerita cintanya yang kelak kelok dari jaman suka nangis kejer sama B, temen moven sama si I yang hubungannya gapernah ada status, sama si A yang ceritanya dulu selalu sukses bikin aku envy, dan akhirnya berlabuh pada ikatan pernikahan sama mas S. I'm so so so so happy for you.
(proses siraman)
Paginya, tanggal 29 aku malah mulai deg-degan. Duhh akhirnya hari-H. (Stttttt malemnya aku udah nyicipin kasur penganten lhooo wkwk) malemnya bobok bareng sambil pillow talk sampe setengah satu dinihari, jam empat udah bangun, terus mandi bareng juga. Entah kapan bisa begini lagi kaaan.
Daaaan, pas resepsi. Bukan silvi yang bikin aku haru. Justru pas nge'videoin mas sapto, yang bikin aku gabisa nahan air mata. Sampe eyeliner'nya bleber". Ahh bodoamat dah.
Nggggggggg nggak banyak hal yang bisa aku lakuin buat mereka. Tapi aku slalu berdoa, mereka jadi keluarga yang sakinah, mawaddah, rohmah. Saling sabar, makin dewasa, dan slalu penuh cinta. Happy wedding, for my precious besty SILVIANA DEKAYATI".
Categories
Sebuah cerita
Saturday, 17 September 2016
Apa itu Misophonia?
pernah denger kata "misophonia"?
Misophonia adalah keadaan dimana seseorang mudah jengkel dan marah hanya karena hal-hal kecil.
Nggggggggg mungkinkah, aku terlahir dengan misophonia? Soalnya aku emang gituu. Suka ngambek jengkel sebel hanya karna dicuekin, nggak didengerin pas lagi ngomong, nanya gadijawab, ga direspon pas cerita dengan semangat.
Sedih taau, punya kejiwaan yang kayak gini. Pengen marah tapi yaaa gimana. Gamarah juga dongkol sendiri. Ujung-ujungnya nangis di pojokan kamar curhat sama tembok. Soalnya percuma, cerita ke orang juga ngga guna.
T.T
Misophonia adalah keadaan dimana seseorang mudah jengkel dan marah hanya karena hal-hal kecil.
Nggggggggg mungkinkah, aku terlahir dengan misophonia? Soalnya aku emang gituu. Suka ngambek jengkel sebel hanya karna dicuekin, nggak didengerin pas lagi ngomong, nanya gadijawab, ga direspon pas cerita dengan semangat.
Sedih taau, punya kejiwaan yang kayak gini. Pengen marah tapi yaaa gimana. Gamarah juga dongkol sendiri. Ujung-ujungnya nangis di pojokan kamar curhat sama tembok. Soalnya percuma, cerita ke orang juga ngga guna.
T.T
Categories
ISTILAH
Friday, 16 September 2016
Bahagia mutlak milikmu
Seseorang yang abai pada kata-katamu, tidaklah berhak menanyakan alasan dibalik diammu. Dan seseorang yang tak menghargai keberadaanmu, tak berhak mencari ketiadaanmu.
Waktu yang kau miliki untuknya, jauh lebih berharga dari apapun yang ada di dunia. Jika memang ia tak menghargaimu, jangan kau rendahkan kepalamu demi mengemis perhatiannya. Biarkan ia dengan dirinya. Angkat dagumu, berbahagialah. Karna bahagia mutlak milikmu.
Categories
Kopi Cinta,
Perihal Hati yang Patah,
Sebuah cerita
Thursday, 26 May 2016
Penantian yang menyakitkan
Dua minggu berlalu dengan penuh duka. Empat belas hari, tentu bukan waktu yang sebentar. Terlebih bagi orang yang tengah berada dalam penantian sepertiku. Saat tiba hari ini, aku bersiap mematangkan segalanya. Bersiap menerima jawaban terburuk yang mungkin terjadi. Harapan akan jawaban baik? Tentu saja aku punya. Tapi aku tak ingin terlalu muluk berharap. Aku bahkan tak lagi siap untuk kecewa, meski telah berulang kali bertemu dan menderita. Kecewa selalu mengintaiku dengan begitu seksama. Ia bahkan takkan melewatkan kesempatan sekecil lubang semut sekalipun, hanya demi bisa membuatku terluka.
Aku mematut diri. Hari penantian tentu harus disambut dengan pantas. Aku duduk di bangku panjang berwarna biru. Penuh harap, Meski dengan lebih banyak cemas. aku berusaha tenang, meski detak jantung tetap saja tak bisa kukendalikan.
Menit terlewat, jam berlalu. Akhirnya ia datang. Wajah itu, wajah yang telah biasa ku lihat. Tapi kali inu, wajah itu sama sekali terlihat lain. Ia tersenyum. Iyaa, senyum. Senyum itu menghiasi wajahnya. Senyum yang indah, dan juga begitu manis. Tapi kau tau? Senyum itu, justru terasa lebih menyakitkan dari kata-kata pedas dan muka masam yang biasa kuterima. Kata-kata yang terlontar dari bibirnya sesaat kemudian, bahkan tak mengurangi sedikitpun sakit yang ditimbulkan dari senyum yang tersungging dari balik bibir tipisnya. Ia memintaku kembali menunggu. Kem-ba-li me-nung-gu.
Aku hanya mengangguk pelan. Pasrah pada apapun yang ia katakan. Aku tak sanggup berkata-kata. Mata ini bahkan mulai terasa pedih. Bukan soal harus kembali menunggu. Tapi penantian selama ini hanya terasa sia. Seperti air sisa hujan semalam, yang perlahan hilang dan kering, tersengat matahari.
Buatku, penantian memang selalu menyakitkan. Tak hanya tersiksa karna waktu yang terasa berjalan begitu lambat. Perasaan yang membuncah dalam dada, prasangka yang terus bermain liar dalam kepala. Semuanya melelahkan. Bahkan udara yang kuhirup pun terasa begitu berat.mimpi-mimpi dan harapan indah, perlahan mulai layu. Tak ada lagi yang membuatku yakin, bahwa penantian membawaku pada ujung yang bahagia seperti cerita-cerita dalam dongeng. Penantian ini, bahkan jauh lebih menyakitkan dari sekedar patah hati. Jauh lebih menyakitkan dari sekedar patah hati.
Aku mematut diri. Hari penantian tentu harus disambut dengan pantas. Aku duduk di bangku panjang berwarna biru. Penuh harap, Meski dengan lebih banyak cemas. aku berusaha tenang, meski detak jantung tetap saja tak bisa kukendalikan.
Menit terlewat, jam berlalu. Akhirnya ia datang. Wajah itu, wajah yang telah biasa ku lihat. Tapi kali inu, wajah itu sama sekali terlihat lain. Ia tersenyum. Iyaa, senyum. Senyum itu menghiasi wajahnya. Senyum yang indah, dan juga begitu manis. Tapi kau tau? Senyum itu, justru terasa lebih menyakitkan dari kata-kata pedas dan muka masam yang biasa kuterima. Kata-kata yang terlontar dari bibirnya sesaat kemudian, bahkan tak mengurangi sedikitpun sakit yang ditimbulkan dari senyum yang tersungging dari balik bibir tipisnya. Ia memintaku kembali menunggu. Kem-ba-li me-nung-gu.
Aku hanya mengangguk pelan. Pasrah pada apapun yang ia katakan. Aku tak sanggup berkata-kata. Mata ini bahkan mulai terasa pedih. Bukan soal harus kembali menunggu. Tapi penantian selama ini hanya terasa sia. Seperti air sisa hujan semalam, yang perlahan hilang dan kering, tersengat matahari.
Buatku, penantian memang selalu menyakitkan. Tak hanya tersiksa karna waktu yang terasa berjalan begitu lambat. Perasaan yang membuncah dalam dada, prasangka yang terus bermain liar dalam kepala. Semuanya melelahkan. Bahkan udara yang kuhirup pun terasa begitu berat.mimpi-mimpi dan harapan indah, perlahan mulai layu. Tak ada lagi yang membuatku yakin, bahwa penantian membawaku pada ujung yang bahagia seperti cerita-cerita dalam dongeng. Penantian ini, bahkan jauh lebih menyakitkan dari sekedar patah hati. Jauh lebih menyakitkan dari sekedar patah hati.
Categories
Kopi Cinta,
Perihal Hati yang Patah,
Sebuah cerita
Saturday, 14 May 2016
Kehilangan selalu menyisakan luka yang mendalam
Semarang hari ini tak terlalu panas. Tak seperti hari kemarin. Langitnya yang biru indah, terlalu menyakitkan untuk dinikmati. Karna matahari bahkan begitu menyengat untuk aku barang sejenak menikmati langit beberapa detik.
Pagi ini, aku berangkat ke stasiun untuk perjalanan pulang ke Bumiayu. Aku memang sengaja berangkat lebih cepat. Biar ga buru-buru. Jam 9.32 abang gojek dateng menjemput. Dan aku sampai di stasiun Semarang Poncol sekitar 09.58. Setelah ngeprint tiket, akupun duduk nuelonjorin kaki dan ngelurusin tangan. Maklum, barang bawaanku hari ini lumayan banyak. Iyaa, nyicil pindahan.
Saat duduk di ruang tunggu, ibu di sebelahku menyapa. Awalnya hanya pertanyaan basa-basi, seperti mau kemana, dari mana dan kok sendirian. Tapi, raut mukanya tiba-tiba berubah. Aku kira-kira usia ibu itu sekitar 55tahun. Beliau terlihat sedih, saat seorang papah muda menggendong anak perempuannya yang aku perkirain berusia satu tahun lewat sedikit. Ibu itu kemudian mulai bercerita dengan air mata yang udah mengalir. Bahwa ia kehilangan putrinya. Putrinya meninggal tiba-tiba, tanpa sakit. Meninggalkan cucu perempuannya yang baru berusia setahun.
Aku bisa melihat dengan jelas dalamnya luka yang ibu itu rasakan. Yaa, kehilangan memang selalu menyisakan luka mendalam. Terlebih bagi yang mencinta dengan terlalu dalam. Rsanya aku pengen memeluk ibu itu, tapi keraguan masih memenuhi benakku.
Anak, adalah harta terbesar bagi seorang perempuan. Belahan jiwanya, semangat hidupnya. Kehilangan seorang anak tentu bukan hal yang mudah bagi seorang ibu. Ia kehilangan separuh dari hidupnya. Sepruh dari jiwanya. Sakit yang dirasakan, jelas lebih menyakitkan dari sekedar patah hati.
Ibu itu duduk di kursi tunggu dari jam 10. Beliau datang dari Salatiga, hendak ke Tanjung Priuk. Menjenguk adik yang sakit, katanya. Beliau datang terlalu cepat. Karna kereta yang beliau tumpangi, Tawang Jaya jadwal keberangkatannya masih jam dua siang nanti. Itu artinya, si ibu harus menunggu selama empat jam. Sendirian.
Sedih, bangeeet. Aku bahkan masih kepikiran sampe sekarang. Masih jam 1.15
Saat sebelum masuk peron, aku sempetin pamit sama si ibu. Aku sungkemin. Semoga ibu slalu sehat.
Pagi ini, aku berangkat ke stasiun untuk perjalanan pulang ke Bumiayu. Aku memang sengaja berangkat lebih cepat. Biar ga buru-buru. Jam 9.32 abang gojek dateng menjemput. Dan aku sampai di stasiun Semarang Poncol sekitar 09.58. Setelah ngeprint tiket, akupun duduk nuelonjorin kaki dan ngelurusin tangan. Maklum, barang bawaanku hari ini lumayan banyak. Iyaa, nyicil pindahan.
Saat duduk di ruang tunggu, ibu di sebelahku menyapa. Awalnya hanya pertanyaan basa-basi, seperti mau kemana, dari mana dan kok sendirian. Tapi, raut mukanya tiba-tiba berubah. Aku kira-kira usia ibu itu sekitar 55tahun. Beliau terlihat sedih, saat seorang papah muda menggendong anak perempuannya yang aku perkirain berusia satu tahun lewat sedikit. Ibu itu kemudian mulai bercerita dengan air mata yang udah mengalir. Bahwa ia kehilangan putrinya. Putrinya meninggal tiba-tiba, tanpa sakit. Meninggalkan cucu perempuannya yang baru berusia setahun.
Aku bisa melihat dengan jelas dalamnya luka yang ibu itu rasakan. Yaa, kehilangan memang selalu menyisakan luka mendalam. Terlebih bagi yang mencinta dengan terlalu dalam. Rsanya aku pengen memeluk ibu itu, tapi keraguan masih memenuhi benakku.
Anak, adalah harta terbesar bagi seorang perempuan. Belahan jiwanya, semangat hidupnya. Kehilangan seorang anak tentu bukan hal yang mudah bagi seorang ibu. Ia kehilangan separuh dari hidupnya. Sepruh dari jiwanya. Sakit yang dirasakan, jelas lebih menyakitkan dari sekedar patah hati.
Ibu itu duduk di kursi tunggu dari jam 10. Beliau datang dari Salatiga, hendak ke Tanjung Priuk. Menjenguk adik yang sakit, katanya. Beliau datang terlalu cepat. Karna kereta yang beliau tumpangi, Tawang Jaya jadwal keberangkatannya masih jam dua siang nanti. Itu artinya, si ibu harus menunggu selama empat jam. Sendirian.
Sedih, bangeeet. Aku bahkan masih kepikiran sampe sekarang. Masih jam 1.15
Saat sebelum masuk peron, aku sempetin pamit sama si ibu. Aku sungkemin. Semoga ibu slalu sehat.
Categories
Kopi Cinta,
Perihal Hati yang Patah,
Sebuah cerita
Friday, 13 May 2016
Surat kecil untuk ibu
Ibu, aku tau perjuanganmu sudah terlalu jauh hingga sampai di titik ini. Ibu juga mungkin sudah lelah. Tapi bersabarlah sedikit lagi, bu. Semuanya akan segera berakhir.
Awan gelap itu memang telah nyata terlihat di depan kita. Tapi kita pernah melewati badai yang jauh lebih besar dari sekedar awan gelap ini. Saat dimana kita bahkan tak punya selimut untuk menghangatkan tubuh di saat dingin menyapa. Ingatlah bu, kita yang skarang, tak lagi kita yang dulu. Kita punya kekuatan yang jauh lebih dari sebelumnya. Kita punya sesuatu yang tak kita miliki dulu.
Tetaplah percaya, bu. Bahwa Tuhan slalu bersama kita. Dengan cinta kasihNya. Tuhan takkan membiarkan malaikat seperti ibu kembali terjatuh di pesakitan yang sama. Ibu masih punya Nana. Anak ibu yang manja, yang kini tengah belajar mandiri, mencari jalan untuk mulai membangun mimpi-mimpi kita. Ibu takkan berjuang sendirian lagi seperti dulu. Tak akan.
Jangan putus berharap akan kebaikan Tuhan, bu. jika bukan karna kebaikanNya, kita takkan punya tenaga dan smangat hingga saat ini. Kita bisa melewati semua ini, bu. Kita pasti bisa.
Doakan selalu anakmu ini, yaa bu. Karna hanya dengan doa dan cinta kasih ibu selama ini lah, aku mampu melewati semuanya dengan baik, dengan penuh senyum. Akan ku seleseikan semua yang telah kumulai di kota ini. Tunggu kepulangan anak ibu ini dengan senyum yang selalu menenangkan itu. Dengan dekapan hangat yang tak ada duanya.
Aku menyayangi ibu lebih dari apapun, jauh di atas cintaku pada siapapun di dunia ini.
Awan gelap itu memang telah nyata terlihat di depan kita. Tapi kita pernah melewati badai yang jauh lebih besar dari sekedar awan gelap ini. Saat dimana kita bahkan tak punya selimut untuk menghangatkan tubuh di saat dingin menyapa. Ingatlah bu, kita yang skarang, tak lagi kita yang dulu. Kita punya kekuatan yang jauh lebih dari sebelumnya. Kita punya sesuatu yang tak kita miliki dulu.
Tetaplah percaya, bu. Bahwa Tuhan slalu bersama kita. Dengan cinta kasihNya. Tuhan takkan membiarkan malaikat seperti ibu kembali terjatuh di pesakitan yang sama. Ibu masih punya Nana. Anak ibu yang manja, yang kini tengah belajar mandiri, mencari jalan untuk mulai membangun mimpi-mimpi kita. Ibu takkan berjuang sendirian lagi seperti dulu. Tak akan.
Jangan putus berharap akan kebaikan Tuhan, bu. jika bukan karna kebaikanNya, kita takkan punya tenaga dan smangat hingga saat ini. Kita bisa melewati semua ini, bu. Kita pasti bisa.
Doakan selalu anakmu ini, yaa bu. Karna hanya dengan doa dan cinta kasih ibu selama ini lah, aku mampu melewati semuanya dengan baik, dengan penuh senyum. Akan ku seleseikan semua yang telah kumulai di kota ini. Tunggu kepulangan anak ibu ini dengan senyum yang selalu menenangkan itu. Dengan dekapan hangat yang tak ada duanya.
Aku menyayangi ibu lebih dari apapun, jauh di atas cintaku pada siapapun di dunia ini.
Categories
Kopi Cinta,
Sebuah cerita
Saturday, 19 March 2016
Waspada kejahatan seksual anak
Sore ini aku seloow banget, sampe-sampe bisa ngelonjor di kamar. Ehh tiba-tiba dibikin Shock ama kabar dari rumah. Katanya kompleks lagi heboh kasus sodomi. hastagaaaahhhh langsung lemes nii badan.
Dari dulu, taun 2013an aku slalu ngomong ke ibu, buat ngingetin tetangga yang anak perempuan kecilnya suka diemong ama anak-anak cowok. Namanya jaman skarang kan yaaa?! Bapak sendiri, paman sendiri aja bisa jadi pelaku kejahatan seksual anak. Apalagi ama orang lain yang ga ada hubungan darah kaan?! Wajib banget diwaspadain. Apalagi kalo ada orang yang kelewat baik. Pasti keliatan laaah modusnya.
Tapi yaaa namanya orang kampung nan polos, tiap ibuku ingetin slalu dikira sok tau dan parnoan. Ada juga yang ngomong "nggak mungkin laah kejadian kayak gitu. Kan sayang. Kan baik." Dan banyak kan kan yang lainnya.
Sampe akhirnya, hari ini. Kejadian buruk yang gak diinginkan akhirnya kebongkar. Seorang anak laki-laki yang mana pernah ngeliat sendiri, ngadu ke seorang guru di sekolah. Kalo si A pernah dipegang tit*tnya ama si X. Langsunglaah si guru ngehubungin kenalannya yang tentara, terus langsung diurus ke kepolisian. Brawal dari kesaksian si A, akhirnya banyak yang udah jadi korban ngaku pernah diapa-apain sama si X. Dari yang cuma dicium-cium, grepe-grepe, sampe "dimasukin".
Si korban, ngaku dibawa ke pemandian air panas. Terus dibawa ke hotel. Bahkan salah seorang korban, ada yang pernah sampe 4x. Sejauh ini sih yang ngaku masih belasan. Itu yang di kampungku. Aku yakin pasti masih banyak di luaran yang takut buat ngomong. Karna udah pasti mereka diancam sama si pelaku.
Sebagai orang tua dan keluarga, udah seharusnya kita waspada. Entah itu anak, adik, sepupu ataupun ponakan. Kudu ngerti dEngan siapa dia/mereka bergaul, kudu sisihin banyak waktu buat ngobrol dengan anak. Kedekatan emosional, buat aku sangat penting. Selain kita jadi lebih peka sama perubahan sikap anak, si anak juga pasti jadi lebih terbuka.
Dari kejadian ini banyak anak-anak yang kemudian jadi pemurung, banyak diemnya, lebuh sering ngelamun sendirian daripada main. Ada yang ngeluh sakit, tapi tiap ditanya jawabnya gapapa.
Semoga kejadian buruk ini tidak menimpa keluarga teman-teman sekalian. Kejadian ini bener-bener bikin aku shock. Karna biar gimanapun, beberapa tahun terakhir aku hidup di lingkungan itu. Kepolosan dan ketidakpedulian orang-orang yang pernah diingatkan memang menjengkelkan. Tapi tetap saja. Kita hidup sebagai makhluk sosial yang memang harus peduli dan mengingatkan; terlebih dengan orang-orang di lingkungan skitar tempat kita tinggal.
Dari dulu, taun 2013an aku slalu ngomong ke ibu, buat ngingetin tetangga yang anak perempuan kecilnya suka diemong ama anak-anak cowok. Namanya jaman skarang kan yaaa?! Bapak sendiri, paman sendiri aja bisa jadi pelaku kejahatan seksual anak. Apalagi ama orang lain yang ga ada hubungan darah kaan?! Wajib banget diwaspadain. Apalagi kalo ada orang yang kelewat baik. Pasti keliatan laaah modusnya.
Tapi yaaa namanya orang kampung nan polos, tiap ibuku ingetin slalu dikira sok tau dan parnoan. Ada juga yang ngomong "nggak mungkin laah kejadian kayak gitu. Kan sayang. Kan baik." Dan banyak kan kan yang lainnya.
Sampe akhirnya, hari ini. Kejadian buruk yang gak diinginkan akhirnya kebongkar. Seorang anak laki-laki yang mana pernah ngeliat sendiri, ngadu ke seorang guru di sekolah. Kalo si A pernah dipegang tit*tnya ama si X. Langsunglaah si guru ngehubungin kenalannya yang tentara, terus langsung diurus ke kepolisian. Brawal dari kesaksian si A, akhirnya banyak yang udah jadi korban ngaku pernah diapa-apain sama si X. Dari yang cuma dicium-cium, grepe-grepe, sampe "dimasukin".
Si korban, ngaku dibawa ke pemandian air panas. Terus dibawa ke hotel. Bahkan salah seorang korban, ada yang pernah sampe 4x. Sejauh ini sih yang ngaku masih belasan. Itu yang di kampungku. Aku yakin pasti masih banyak di luaran yang takut buat ngomong. Karna udah pasti mereka diancam sama si pelaku.
Sebagai orang tua dan keluarga, udah seharusnya kita waspada. Entah itu anak, adik, sepupu ataupun ponakan. Kudu ngerti dEngan siapa dia/mereka bergaul, kudu sisihin banyak waktu buat ngobrol dengan anak. Kedekatan emosional, buat aku sangat penting. Selain kita jadi lebih peka sama perubahan sikap anak, si anak juga pasti jadi lebih terbuka.
Dari kejadian ini banyak anak-anak yang kemudian jadi pemurung, banyak diemnya, lebuh sering ngelamun sendirian daripada main. Ada yang ngeluh sakit, tapi tiap ditanya jawabnya gapapa.
Semoga kejadian buruk ini tidak menimpa keluarga teman-teman sekalian. Kejadian ini bener-bener bikin aku shock. Karna biar gimanapun, beberapa tahun terakhir aku hidup di lingkungan itu. Kepolosan dan ketidakpedulian orang-orang yang pernah diingatkan memang menjengkelkan. Tapi tetap saja. Kita hidup sebagai makhluk sosial yang memang harus peduli dan mengingatkan; terlebih dengan orang-orang di lingkungan skitar tempat kita tinggal.
Categories
Sebuah cerita
Monday, 7 March 2016
Kau tak berhak campuri hidupku
kau tau, masing-masing orang punya jalannya sendiri dalam menjalani kehidupan. lingkaran hidup yang telah mereka lalui, membentuk bagaimana caranya berpikir dan bersikap sekarang. Atau bahkan, apa yang tengah ia alami menjadi bagian terpenting dalam hidupnya kelak.
Dan aku, aku hanyalah seorang anak perempuan yang terbiasa melakukan segalanya sendiri. Aku, hanyalah seorang anak perempuan sederhana yang tak terlalu memikirkan penampilan ataupun dandanan. Aku hanya seorang anak perempuan yang terlalu nyaman dengan celana denim dan kaos oblong, dengan tas ransel di punggung.
Aku, adalah anak perempuan yang kini berumur dua puluh tiga. Tak remaja lagi, memang. Perjalanan tak menyenangkan selama empat tahun terakhir dalam hidupku, membuatku mulai terbiasa dengan luka dan kegagalan. Aku juga mulai terbiasa dengan ejekan dan cemoohan dari orang-orang yang hanya tau nama dan rupaku. bahkan mereka yang tak pernah bertatap mata langsung denganku.
Kau tau, ada begitu banyak hal yang tak seharusnya kau campuri dalam kehidupan orang lain. Apalagi hidupku. Kau ingat caramu menghakimiku tentang bagaimana aku menaruh sebagian masa depanku di tangan lelaki yang tak pantas mendapatkannya. Yaaa, yang harus kau tau adalah, bahwa seseorang memang harus mengalami kekeliruan dalam hidupnya agar lebih berhati-hati dalam mengambil langkah hidup kedepannya. Dan kau tau?? pada akhirnya, caramu menghakimi langkah hidup seseorang justru akan membawamu pada cara yang sama, dengan ataupun tanpa kau sadari. Atau dengan kata lain kau juga akan melakukan kekeliruan yang sama. Jika bukan sekarang, mungkin saja nanti. Di masa depan. Yang harus kau ingat adalah Hiduup itu adil. Apa yang kau tanam, itu pulalah yang akan kau petik.
Berhati-hatilah dalam berucap. Tak hanya lisan, tapi juga jarimu dalam membuat status di media sosial. Kelak, kedewasaan dalam pola pikirmu akan membuatmu jauh lebih paham dengan apa yang kusampaikan dalam tulisan ini.
Dan aku, aku hanyalah seorang anak perempuan yang terbiasa melakukan segalanya sendiri. Aku, hanyalah seorang anak perempuan sederhana yang tak terlalu memikirkan penampilan ataupun dandanan. Aku hanya seorang anak perempuan yang terlalu nyaman dengan celana denim dan kaos oblong, dengan tas ransel di punggung.
Aku, adalah anak perempuan yang kini berumur dua puluh tiga. Tak remaja lagi, memang. Perjalanan tak menyenangkan selama empat tahun terakhir dalam hidupku, membuatku mulai terbiasa dengan luka dan kegagalan. Aku juga mulai terbiasa dengan ejekan dan cemoohan dari orang-orang yang hanya tau nama dan rupaku. bahkan mereka yang tak pernah bertatap mata langsung denganku.
Kau tau, ada begitu banyak hal yang tak seharusnya kau campuri dalam kehidupan orang lain. Apalagi hidupku. Kau ingat caramu menghakimiku tentang bagaimana aku menaruh sebagian masa depanku di tangan lelaki yang tak pantas mendapatkannya. Yaaa, yang harus kau tau adalah, bahwa seseorang memang harus mengalami kekeliruan dalam hidupnya agar lebih berhati-hati dalam mengambil langkah hidup kedepannya. Dan kau tau?? pada akhirnya, caramu menghakimi langkah hidup seseorang justru akan membawamu pada cara yang sama, dengan ataupun tanpa kau sadari. Atau dengan kata lain kau juga akan melakukan kekeliruan yang sama. Jika bukan sekarang, mungkin saja nanti. Di masa depan. Yang harus kau ingat adalah Hiduup itu adil. Apa yang kau tanam, itu pulalah yang akan kau petik.
Berhati-hatilah dalam berucap. Tak hanya lisan, tapi juga jarimu dalam membuat status di media sosial. Kelak, kedewasaan dalam pola pikirmu akan membuatmu jauh lebih paham dengan apa yang kusampaikan dalam tulisan ini.
Categories
Perihal Hati yang Patah,
Sebuah cerita
Wednesday, 2 March 2016
Terimakasih untuk luka dan airmata
jam dua dinihari, menuju setengah tiga. Udara Semarang akhir-akhir ini emang sedang dingin-dinginnya. Dan tentu saja, sukses bikin aku begitu malas untuk beranjak. Terlebih lagi, Beberapa hari ini aku mengalami kesulitan tidur saat malam, dan kesulitan bangun saat pagi. Yaa dan akhirnya, tidur hampir subuh dan bangun mendekati dzuhur.
Saat terjaga di suasana hening dinihari seperti ini, banyak hal datang silih berganti dalam pikiran. Terkebih tentang ucapan-ucapan menyakitkan di masa lalu, seringkali menghantuiku. Meski aku telah mencoba memaafkannya, tapi rasa sakit itu tak pernah hilang. Aku paham betul, tak seharusnya ucapan orang yang tak mengenalku menjadi pikiran dan mengganggu hidupku. hanya saja, aku begitu habis pikir pada mereka. Bagaimana mungkin orang bisa dengan begitu mudahnya menghakimi orang lain yang bahkan mereka tak pernah duduk dan mengobrol bersama. Bagaimana mereka Bisa mengejek seseorang dengan begitu dalamnya hanya dengan melihat bentuk tubuhnya. Bagaimana bisa seseorang menyakiti orang lain yang bahkan tak pernah mengusik hidupnya.
Entah apa yang ada dalam diri mereka hingga mereka seakan tak punya hati dan pikiran. Apa mereka menganggap diri merekalah yang paling sempurna, hingga dengan begitu mudahnya menghakimi sesuatu yang bahkan mereka tak mengerti. Jika mereka punya setidaknya sedikit saja hati dan pikiran, tentu mereka tak akan begitu. Bahwa bagaimana seseorang hidup adalah hasil dari apa yang mereka telah lewati. Kita tak pernah tau kesulitan, kesakitan dan penderitaan seperti apa yang telah seseorang lalui hingga sampai di titik dimana orang lain kemudian menghakiminya.
Untuk orang-orang yang telah menyakitiku, terimakasih untuk segala luka dan airmata yang telah kalian beri. Aku menjadi sekuat sekarang, tak lain adalah karena kalian. Aku tak tau kesalahan apa yang telah aku lakukan hingga kalian begitu membuatku terluka begitu dalam. Aku bahkan tak pernah masuk dalam kehidupan kalian, tapi kalian masuk dalam lingkaranku hingga menjadi mimpi buruk dalam waktu yang panjang. Tapi apapun itu, aku tak akan membalas semua yang telah kalian lakukan. Karena aku tak seperti kalian. Aku hanya percaya, bahwa tangan Tuhan yang akan bekerja.
Saat terjaga di suasana hening dinihari seperti ini, banyak hal datang silih berganti dalam pikiran. Terkebih tentang ucapan-ucapan menyakitkan di masa lalu, seringkali menghantuiku. Meski aku telah mencoba memaafkannya, tapi rasa sakit itu tak pernah hilang. Aku paham betul, tak seharusnya ucapan orang yang tak mengenalku menjadi pikiran dan mengganggu hidupku. hanya saja, aku begitu habis pikir pada mereka. Bagaimana mungkin orang bisa dengan begitu mudahnya menghakimi orang lain yang bahkan mereka tak pernah duduk dan mengobrol bersama. Bagaimana mereka Bisa mengejek seseorang dengan begitu dalamnya hanya dengan melihat bentuk tubuhnya. Bagaimana bisa seseorang menyakiti orang lain yang bahkan tak pernah mengusik hidupnya.
Entah apa yang ada dalam diri mereka hingga mereka seakan tak punya hati dan pikiran. Apa mereka menganggap diri merekalah yang paling sempurna, hingga dengan begitu mudahnya menghakimi sesuatu yang bahkan mereka tak mengerti. Jika mereka punya setidaknya sedikit saja hati dan pikiran, tentu mereka tak akan begitu. Bahwa bagaimana seseorang hidup adalah hasil dari apa yang mereka telah lewati. Kita tak pernah tau kesulitan, kesakitan dan penderitaan seperti apa yang telah seseorang lalui hingga sampai di titik dimana orang lain kemudian menghakiminya.
Untuk orang-orang yang telah menyakitiku, terimakasih untuk segala luka dan airmata yang telah kalian beri. Aku menjadi sekuat sekarang, tak lain adalah karena kalian. Aku tak tau kesalahan apa yang telah aku lakukan hingga kalian begitu membuatku terluka begitu dalam. Aku bahkan tak pernah masuk dalam kehidupan kalian, tapi kalian masuk dalam lingkaranku hingga menjadi mimpi buruk dalam waktu yang panjang. Tapi apapun itu, aku tak akan membalas semua yang telah kalian lakukan. Karena aku tak seperti kalian. Aku hanya percaya, bahwa tangan Tuhan yang akan bekerja.
Categories
Kopi Cinta,
Perihal Hati yang Patah,
Sebuah cerita
Sunday, 14 February 2016
Apa itu Allodoxaphobia
Pagi ini gerimis masih setia mengguyur, seperti hari-hari sebelumnya. Aku duduk dalam keheningan di tengah keramaian canda tawa dan kegelisahan mahasiswa-mahasiswa pejuang skripsi di lobi kampus. Selalu ada hal yang menarik dari setiap obrolan yang aku simak. Seperti pagi ini, misalnya.
Tiga orang perempuan berhijab, yang aku prediksi baru usai KKn. Mereka terlibat obrolan yang lebih didominasi oleh satu orang, sementara dua orang lain lebih banyak ber"ohh" dan beberapa kali menimpali. Sebut saja Tumini, si pembicara. Dengan logat medok yang kental, dia bercerita tentang ketakutannya pada opini orang lain tentang dirinya. Mulai dari rasa sebelnya pada ibu kost yang hobi komen tentang segala hal yang ia lakukan, hingga keluarga besarnya yang seolah tak bisa diam menahan hasrat untuk menceritakan sgala hal tentang dirinya.
Yaa, memang susah hidup di tengah masyarakat yang senang mengomentari orang lain. Baik buruknya hal yang kita lakukan, orang-orang akan tetap berkomentar. Kita hanya punya dua tangan, jadi tak akan cukup untuk menutup mulut semua orang. Tugas kita, cukup menutup kuping untuk segala apa yang tak ingin kita dengar.
Oh iya. Ketakutan akan komentar orang lain terhadap diri kita, ternyata ada istilahnya lhoo. Namanya Allodoxaphobia. Terdengar sedikit aneh, memang. Tapi nyatanya tak sedikit orang di sekitar kita yang memiliki phobia ini. Hanya saja, kebanyakam dari mereka lebih memilih diam, karena tak ingin dikomentarin orang lain.
Kalo buat aku sendiri, terserah orang mau berkomentar apa. Itu hak mereka. Kewajibanku hanya menjalani hidup yang singkat ini dengan sebaik mungkin, sebahagia mungkin. Karna kita memang tak terlahir untuk menyenangkan semua orang.
Tiga orang perempuan berhijab, yang aku prediksi baru usai KKn. Mereka terlibat obrolan yang lebih didominasi oleh satu orang, sementara dua orang lain lebih banyak ber"ohh" dan beberapa kali menimpali. Sebut saja Tumini, si pembicara. Dengan logat medok yang kental, dia bercerita tentang ketakutannya pada opini orang lain tentang dirinya. Mulai dari rasa sebelnya pada ibu kost yang hobi komen tentang segala hal yang ia lakukan, hingga keluarga besarnya yang seolah tak bisa diam menahan hasrat untuk menceritakan sgala hal tentang dirinya.
Yaa, memang susah hidup di tengah masyarakat yang senang mengomentari orang lain. Baik buruknya hal yang kita lakukan, orang-orang akan tetap berkomentar. Kita hanya punya dua tangan, jadi tak akan cukup untuk menutup mulut semua orang. Tugas kita, cukup menutup kuping untuk segala apa yang tak ingin kita dengar.
Oh iya. Ketakutan akan komentar orang lain terhadap diri kita, ternyata ada istilahnya lhoo. Namanya Allodoxaphobia. Terdengar sedikit aneh, memang. Tapi nyatanya tak sedikit orang di sekitar kita yang memiliki phobia ini. Hanya saja, kebanyakam dari mereka lebih memilih diam, karena tak ingin dikomentarin orang lain.
Kalo buat aku sendiri, terserah orang mau berkomentar apa. Itu hak mereka. Kewajibanku hanya menjalani hidup yang singkat ini dengan sebaik mungkin, sebahagia mungkin. Karna kita memang tak terlahir untuk menyenangkan semua orang.
Categories
ISTILAH
Thursday, 4 February 2016
Asal kau bahagia
Saat kau membicarakannya, wajahmu begitu berseri. Lebih berseri dari sinar rembulan saat purnama. Pipimu memerah seperti udang rebus, dan matamu bersinar. Mungkin itu lebih dari cukup untuk membuatku paham, sedalam apa perasaanmu padanya. Meski tak kau jelaskan sekalipun. Aku paham.
Keputusan yang kau ambil, resiko yang akan datang, dan bagaimana pemikiran orang sekitar; adalah hal yang wajar terjadi dalam kehidupan sosial kita. Kita memang hidup di lingkungan dimana orang-orang begitu mudah menghakimi. Berpikir dan berucap semau mereka. Hingga kebenaran mencuat ke permukaan, mereka tersadar bahwa mereka keliru. Kemudian mereka melupakannya, tanpa menyadari ucapan yang mereka lontarkan menusuk dada.
Ingatlah satu hal, bahwa apapun yang kau putuskan, pastikanlah itu jalanmu menuju bahagia. Hidup ini terlalu singkat, untuk dihabiskan dengan orang yang salah; bukan. Maksudku dengan orang yang tak lagi membuatmu bahagia. Tak usah kau pikirkan omongan orang. Fokuskan saja hidupmu pada apa yang membuatmu bahagia. Bukan mereka yang berusaha menghancurkan bahagiamu. Resiko atas keputusan yang kau ambil, akan selalu mengikuti tiap proses kehidupan yang kau jalani. Resiko yang indah, maupun yang akan berhasil membuatmu sedikit gundah. Tapi tak apa. Tandanya hidupmu berjalan dengan baik. Jangan pernah sesali apapun yang terjadi. Meski itu bukan yang kau inginkan sekalipun. Tetaplah belajar, Tuhan ingin kau lebih bersabar, dan terus menjadi besar dari hal-hal yang membuatmu gusar.
Orang-orang akan terus datang silih berganti. Tapi keluarga dan sahabat akan terus menemani. Dalam susah ataupun senangmu. Doa terbaik mereka slalu untukmu, kebahagiaanmu.
Keputusan yang kau ambil, resiko yang akan datang, dan bagaimana pemikiran orang sekitar; adalah hal yang wajar terjadi dalam kehidupan sosial kita. Kita memang hidup di lingkungan dimana orang-orang begitu mudah menghakimi. Berpikir dan berucap semau mereka. Hingga kebenaran mencuat ke permukaan, mereka tersadar bahwa mereka keliru. Kemudian mereka melupakannya, tanpa menyadari ucapan yang mereka lontarkan menusuk dada.
Ingatlah satu hal, bahwa apapun yang kau putuskan, pastikanlah itu jalanmu menuju bahagia. Hidup ini terlalu singkat, untuk dihabiskan dengan orang yang salah; bukan. Maksudku dengan orang yang tak lagi membuatmu bahagia. Tak usah kau pikirkan omongan orang. Fokuskan saja hidupmu pada apa yang membuatmu bahagia. Bukan mereka yang berusaha menghancurkan bahagiamu. Resiko atas keputusan yang kau ambil, akan selalu mengikuti tiap proses kehidupan yang kau jalani. Resiko yang indah, maupun yang akan berhasil membuatmu sedikit gundah. Tapi tak apa. Tandanya hidupmu berjalan dengan baik. Jangan pernah sesali apapun yang terjadi. Meski itu bukan yang kau inginkan sekalipun. Tetaplah belajar, Tuhan ingin kau lebih bersabar, dan terus menjadi besar dari hal-hal yang membuatmu gusar.
Orang-orang akan terus datang silih berganti. Tapi keluarga dan sahabat akan terus menemani. Dalam susah ataupun senangmu. Doa terbaik mereka slalu untukmu, kebahagiaanmu.
Categories
Kopi Cinta,
Perihal Hati yang Patah,
Sebuah cerita
Monday, 1 February 2016
Sedikit lagi
Hujan terus saja turun tanpa henti. Langit penuh dengan awan hitam. Kelam kian jelas menghampiri, sementara wangi debu yang tandus bercampur air tak lagi menyapa. Aku mulai risau dengan harapan yang kian menjadi semu. Tak adakah secercah mentari yang menyembulkan senyum?! Mata ini mulai gersang.
kubuka kembali album yang telah lama ku acuhkan. Kenangan itu masih melekat dalam ingatan. Begitu jelas tergambar. Hari-hari dimana hanya air mata yang mampu menjelaskan segala luka dalam dada. Luka yang tak berdarah, namun begitu nyata terasa. Saat-saat buruk itu bahkan telah kulewati bertahun-tahun lalu. Tertinggal jauh di belakang.
Cinta yang lain telah tumbuh subur, di bagian dada yang lain. Seperti bunga-bunga yang mekar saat musim semi. Seperti rumput hijau di lapangan merah desa kelahiranku. Tapi sepetak kecil ruang yang lain, seperti terkungkung kaca. Air hujan bahkan tak pernah turun, walau hanya setetes. Aku mulai lelah mencoba menghancurkan kaca itu. Entah apa yang membuatnya begitu sulit untuk disingkirkan. Egokukah yang membuatnya begitu kokoh. Ketidakpeduliankukah yang mengeratkan akarnya.
Kupikir waktu akan segera menyembuhkanku dari segalanya. Aku pikir semuanya akan berlalu seperti embun yang hilang saat bertemu sang surya. Barangkali, aku hanya butuh sedikit lagi waktu untuk terbiasa. Yaa, sedikit lagi waktu.
kubuka kembali album yang telah lama ku acuhkan. Kenangan itu masih melekat dalam ingatan. Begitu jelas tergambar. Hari-hari dimana hanya air mata yang mampu menjelaskan segala luka dalam dada. Luka yang tak berdarah, namun begitu nyata terasa. Saat-saat buruk itu bahkan telah kulewati bertahun-tahun lalu. Tertinggal jauh di belakang.
Cinta yang lain telah tumbuh subur, di bagian dada yang lain. Seperti bunga-bunga yang mekar saat musim semi. Seperti rumput hijau di lapangan merah desa kelahiranku. Tapi sepetak kecil ruang yang lain, seperti terkungkung kaca. Air hujan bahkan tak pernah turun, walau hanya setetes. Aku mulai lelah mencoba menghancurkan kaca itu. Entah apa yang membuatnya begitu sulit untuk disingkirkan. Egokukah yang membuatnya begitu kokoh. Ketidakpeduliankukah yang mengeratkan akarnya.
Kupikir waktu akan segera menyembuhkanku dari segalanya. Aku pikir semuanya akan berlalu seperti embun yang hilang saat bertemu sang surya. Barangkali, aku hanya butuh sedikit lagi waktu untuk terbiasa. Yaa, sedikit lagi waktu.
Categories
Kopi Cinta,
Perihal Hati yang Patah,
Sebuah cerita
Wednesday, 6 January 2016
Lelah tetaplah Lelah
Pada malam yang hampa, kusandarkan sgala rindu dan lelah yang membuatku terpuruk. Jarak lagi-lagi membuatku seakan ingin menyerah dan berbalik. Bahagia dan tawa yang seakan menjadi begitu sulit untuk digapai, menjadikan hati ini perlahan kian melemah. Mimpi-mimpi dan harapan yang telah disusun, perlahan mulai kehilangan arah. Barangkali ini memang ujian. Untuk tau seyakin apa mimpi-mimpi itu aku genggam. Atau mungkin hanyalah lelucon, untuk sekedar mempermainkan perasaan.
Sekali lagi jarak, menjadikan air mata bercucur tanpa arti di tengah keheningan malam. Pada siapa lagi rindu harus pulang, jika bahkan pemiliknya kian acuh tuk sekedar menyapa. Dan pada harapan yang mana lagi, mimpi-mimpi itu harus ku tanam agar tak lagi lepas perlahan.
Kehampaan yang kian menghimpit, adalah awal dari segala badai petaka yang menanti. Entah apalagi yang harus kucumbu, setelah rindu perlahan memudar berganti kegelisahan. Cinta? Masih adakah cinta jika peduli bahkan Kian menguap bagai air sisa hujan yang terkena terik matahari.
Barangkali memang diam, yang menjadi jawaban atas semua permasalahan. Bukan karna tak lagi ada kata. Tapi untuk apa bicara, jika yang keluar dari bibir hanyalah sembilu tajam yang siap mengoyak hati. Untuk apa bicara, jika nyatanya itu hanyalah aroma kopi yang akan hilang saat mulai dingin.
Memang, dari sekian banyak yang dilalui tak akan ada yang berbuah sia. Tapi lelah, tetaplah lelah. Dan detik terus bergulir tanpa bisa dihentikan.
Sekali lagi jarak, menjadikan air mata bercucur tanpa arti di tengah keheningan malam. Pada siapa lagi rindu harus pulang, jika bahkan pemiliknya kian acuh tuk sekedar menyapa. Dan pada harapan yang mana lagi, mimpi-mimpi itu harus ku tanam agar tak lagi lepas perlahan.
Kehampaan yang kian menghimpit, adalah awal dari segala badai petaka yang menanti. Entah apalagi yang harus kucumbu, setelah rindu perlahan memudar berganti kegelisahan. Cinta? Masih adakah cinta jika peduli bahkan Kian menguap bagai air sisa hujan yang terkena terik matahari.
Barangkali memang diam, yang menjadi jawaban atas semua permasalahan. Bukan karna tak lagi ada kata. Tapi untuk apa bicara, jika yang keluar dari bibir hanyalah sembilu tajam yang siap mengoyak hati. Untuk apa bicara, jika nyatanya itu hanyalah aroma kopi yang akan hilang saat mulai dingin.
Memang, dari sekian banyak yang dilalui tak akan ada yang berbuah sia. Tapi lelah, tetaplah lelah. Dan detik terus bergulir tanpa bisa dihentikan.
Categories
Kopi Cinta,
Perihal Hati yang Patah,
Sebuah cerita
Monday, 4 January 2016
Selamat datang 2016
Hari ke empat di tahun baru, 2016. Libur panjang natal dan tahun baru akhirnya kelar. Waktunya balik ke dunia nyata, menunaikan kewajiban buat ngejar toga. Harapan-harapan baru di tahun ini udah mulai terdaftar dengan rapi di sebuah buku catatan. Mimpi-mimpi yang selalu kusemogakan, cemas yang tanpa lelah selalu aku singkan.
Seperti tahun-tahun biasanya, akhir tahunku selalu kulalui dengan tak pernah jauh dari bantal dan kasur. Beberapa kali ditemani air mata dan rindu. Beberapa lainnya ditemani sepi yang membunuh. Meski sempat beberapa kali juga kulewati dengan seseorang.
Tahun baru hanyalah sebuah angka. Jika yang kita lakukan hanya terus mengulang kesalahan yang sama. Tahun baru hanyalah kesenangan sesaat, jika kita tak bisa menikmatinya dengan terus memperbaiki kesalahan dan kekeliruan.
Apapun yang terjadi di depan, Tuhan tak akan membiarkan kita melaluinya sendirian. Tetaplah tegar, tersenyum dan angkat kepalamu. Jangan pernah membiarkan kesedihan dan pikiran-pikiran buruk datang memporak-porandakan keceriaanmu.
Semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu menyertai kita. Semoga kesabaran tak pernah lelah menemani saat cobaan datang berkunjung. Semoga kemudahan tak pernah hilang saat kesulitan datang menyapa.
Categories
Sebuah cerita
Subscribe to:
Posts (Atom)