Pada malam yang hampa, kusandarkan sgala rindu dan lelah yang membuatku terpuruk. Jarak lagi-lagi membuatku seakan ingin menyerah dan berbalik. Bahagia dan tawa yang seakan menjadi begitu sulit untuk digapai, menjadikan hati ini perlahan kian melemah. Mimpi-mimpi dan harapan yang telah disusun, perlahan mulai kehilangan arah. Barangkali ini memang ujian. Untuk tau seyakin apa mimpi-mimpi itu aku genggam. Atau mungkin hanyalah lelucon, untuk sekedar mempermainkan perasaan.
Sekali lagi jarak, menjadikan air mata bercucur tanpa arti di tengah keheningan malam. Pada siapa lagi rindu harus pulang, jika bahkan pemiliknya kian acuh tuk sekedar menyapa. Dan pada harapan yang mana lagi, mimpi-mimpi itu harus ku tanam agar tak lagi lepas perlahan.
Kehampaan yang kian menghimpit, adalah awal dari segala badai petaka yang menanti. Entah apalagi yang harus kucumbu, setelah rindu perlahan memudar berganti kegelisahan. Cinta? Masih adakah cinta jika peduli bahkan Kian menguap bagai air sisa hujan yang terkena terik matahari.
Barangkali memang diam, yang menjadi jawaban atas semua permasalahan. Bukan karna tak lagi ada kata. Tapi untuk apa bicara, jika yang keluar dari bibir hanyalah sembilu tajam yang siap mengoyak hati. Untuk apa bicara, jika nyatanya itu hanyalah aroma kopi yang akan hilang saat mulai dingin.
Memang, dari sekian banyak yang dilalui tak akan ada yang berbuah sia. Tapi lelah, tetaplah lelah. Dan detik terus bergulir tanpa bisa dihentikan.
Wednesday, 6 January 2016
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment