Sore itu, aku berjalan menyusuri setapak di tepi danau Biwa. Seorang diri, menatap kagum pada itik-itik yang berenang di danau. Tak dinginkah mereka? Sementara aku yang memakai jaket tebal pun masih menggigil diterpa kencangnya angin musim dingin. Ooh, barangkali mereka merasa hangat karena kebersamaan.
Di tengah udara yang nyaris mendekati nol aku masih merasa kerasan menikmati suasa ini. Tempat ini terlalu nyaman untuk ditinggalkan. Sementara senja merona kemerahan, terlalu cantik untuk aku pergi beranjak.
Ketenangan di antara suara ombak membuat segala kerumitan dalam hidup seketika hilang. Penat yang kubiarkan terus menumpuk seolah terangkat. Sementara sepi, ia masih setia menungguku kembali. Di sebuah kamar kecil selama 2tahun ini kami berteman begitu baik, hingga bersama menuliskan cerita tentang hidup yang terkadang mengundang tawa pilu di antara dinding-dinding kamar.