Sore ini aku seloow banget, sampe-sampe bisa ngelonjor di kamar. Ehh tiba-tiba dibikin Shock ama kabar dari rumah. Katanya kompleks lagi heboh kasus sodomi. hastagaaaahhhh langsung lemes nii badan.
Dari dulu, taun 2013an aku slalu ngomong ke ibu, buat ngingetin tetangga yang anak perempuan kecilnya suka diemong ama anak-anak cowok. Namanya jaman skarang kan yaaa?! Bapak sendiri, paman sendiri aja bisa jadi pelaku kejahatan seksual anak. Apalagi ama orang lain yang ga ada hubungan darah kaan?! Wajib banget diwaspadain. Apalagi kalo ada orang yang kelewat baik. Pasti keliatan laaah modusnya.
Tapi yaaa namanya orang kampung nan polos, tiap ibuku ingetin slalu dikira sok tau dan parnoan. Ada juga yang ngomong "nggak mungkin laah kejadian kayak gitu. Kan sayang. Kan baik." Dan banyak kan kan yang lainnya.
Sampe akhirnya, hari ini. Kejadian buruk yang gak diinginkan akhirnya kebongkar. Seorang anak laki-laki yang mana pernah ngeliat sendiri, ngadu ke seorang guru di sekolah. Kalo si A pernah dipegang tit*tnya ama si X. Langsunglaah si guru ngehubungin kenalannya yang tentara, terus langsung diurus ke kepolisian. Brawal dari kesaksian si A, akhirnya banyak yang udah jadi korban ngaku pernah diapa-apain sama si X. Dari yang cuma dicium-cium, grepe-grepe, sampe "dimasukin".
Si korban, ngaku dibawa ke pemandian air panas. Terus dibawa ke hotel. Bahkan salah seorang korban, ada yang pernah sampe 4x. Sejauh ini sih yang ngaku masih belasan. Itu yang di kampungku. Aku yakin pasti masih banyak di luaran yang takut buat ngomong. Karna udah pasti mereka diancam sama si pelaku.
Sebagai orang tua dan keluarga, udah seharusnya kita waspada. Entah itu anak, adik, sepupu ataupun ponakan. Kudu ngerti dEngan siapa dia/mereka bergaul, kudu sisihin banyak waktu buat ngobrol dengan anak. Kedekatan emosional, buat aku sangat penting. Selain kita jadi lebih peka sama perubahan sikap anak, si anak juga pasti jadi lebih terbuka.
Dari kejadian ini banyak anak-anak yang kemudian jadi pemurung, banyak diemnya, lebuh sering ngelamun sendirian daripada main. Ada yang ngeluh sakit, tapi tiap ditanya jawabnya gapapa.
Semoga kejadian buruk ini tidak menimpa keluarga teman-teman sekalian. Kejadian ini bener-bener bikin aku shock. Karna biar gimanapun, beberapa tahun terakhir aku hidup di lingkungan itu. Kepolosan dan ketidakpedulian orang-orang yang pernah diingatkan memang menjengkelkan. Tapi tetap saja. Kita hidup sebagai makhluk sosial yang memang harus peduli dan mengingatkan; terlebih dengan orang-orang di lingkungan skitar tempat kita tinggal.
Saturday, 19 March 2016
Monday, 7 March 2016
Kau tak berhak campuri hidupku
kau tau, masing-masing orang punya jalannya sendiri dalam menjalani kehidupan. lingkaran hidup yang telah mereka lalui, membentuk bagaimana caranya berpikir dan bersikap sekarang. Atau bahkan, apa yang tengah ia alami menjadi bagian terpenting dalam hidupnya kelak.
Dan aku, aku hanyalah seorang anak perempuan yang terbiasa melakukan segalanya sendiri. Aku, hanyalah seorang anak perempuan sederhana yang tak terlalu memikirkan penampilan ataupun dandanan. Aku hanya seorang anak perempuan yang terlalu nyaman dengan celana denim dan kaos oblong, dengan tas ransel di punggung.
Aku, adalah anak perempuan yang kini berumur dua puluh tiga. Tak remaja lagi, memang. Perjalanan tak menyenangkan selama empat tahun terakhir dalam hidupku, membuatku mulai terbiasa dengan luka dan kegagalan. Aku juga mulai terbiasa dengan ejekan dan cemoohan dari orang-orang yang hanya tau nama dan rupaku. bahkan mereka yang tak pernah bertatap mata langsung denganku.
Kau tau, ada begitu banyak hal yang tak seharusnya kau campuri dalam kehidupan orang lain. Apalagi hidupku. Kau ingat caramu menghakimiku tentang bagaimana aku menaruh sebagian masa depanku di tangan lelaki yang tak pantas mendapatkannya. Yaaa, yang harus kau tau adalah, bahwa seseorang memang harus mengalami kekeliruan dalam hidupnya agar lebih berhati-hati dalam mengambil langkah hidup kedepannya. Dan kau tau?? pada akhirnya, caramu menghakimi langkah hidup seseorang justru akan membawamu pada cara yang sama, dengan ataupun tanpa kau sadari. Atau dengan kata lain kau juga akan melakukan kekeliruan yang sama. Jika bukan sekarang, mungkin saja nanti. Di masa depan. Yang harus kau ingat adalah Hiduup itu adil. Apa yang kau tanam, itu pulalah yang akan kau petik.
Berhati-hatilah dalam berucap. Tak hanya lisan, tapi juga jarimu dalam membuat status di media sosial. Kelak, kedewasaan dalam pola pikirmu akan membuatmu jauh lebih paham dengan apa yang kusampaikan dalam tulisan ini.
Dan aku, aku hanyalah seorang anak perempuan yang terbiasa melakukan segalanya sendiri. Aku, hanyalah seorang anak perempuan sederhana yang tak terlalu memikirkan penampilan ataupun dandanan. Aku hanya seorang anak perempuan yang terlalu nyaman dengan celana denim dan kaos oblong, dengan tas ransel di punggung.
Aku, adalah anak perempuan yang kini berumur dua puluh tiga. Tak remaja lagi, memang. Perjalanan tak menyenangkan selama empat tahun terakhir dalam hidupku, membuatku mulai terbiasa dengan luka dan kegagalan. Aku juga mulai terbiasa dengan ejekan dan cemoohan dari orang-orang yang hanya tau nama dan rupaku. bahkan mereka yang tak pernah bertatap mata langsung denganku.
Kau tau, ada begitu banyak hal yang tak seharusnya kau campuri dalam kehidupan orang lain. Apalagi hidupku. Kau ingat caramu menghakimiku tentang bagaimana aku menaruh sebagian masa depanku di tangan lelaki yang tak pantas mendapatkannya. Yaaa, yang harus kau tau adalah, bahwa seseorang memang harus mengalami kekeliruan dalam hidupnya agar lebih berhati-hati dalam mengambil langkah hidup kedepannya. Dan kau tau?? pada akhirnya, caramu menghakimi langkah hidup seseorang justru akan membawamu pada cara yang sama, dengan ataupun tanpa kau sadari. Atau dengan kata lain kau juga akan melakukan kekeliruan yang sama. Jika bukan sekarang, mungkin saja nanti. Di masa depan. Yang harus kau ingat adalah Hiduup itu adil. Apa yang kau tanam, itu pulalah yang akan kau petik.
Berhati-hatilah dalam berucap. Tak hanya lisan, tapi juga jarimu dalam membuat status di media sosial. Kelak, kedewasaan dalam pola pikirmu akan membuatmu jauh lebih paham dengan apa yang kusampaikan dalam tulisan ini.
Categories
Perihal Hati yang Patah,
Sebuah cerita
Wednesday, 2 March 2016
Terimakasih untuk luka dan airmata
jam dua dinihari, menuju setengah tiga. Udara Semarang akhir-akhir ini emang sedang dingin-dinginnya. Dan tentu saja, sukses bikin aku begitu malas untuk beranjak. Terlebih lagi, Beberapa hari ini aku mengalami kesulitan tidur saat malam, dan kesulitan bangun saat pagi. Yaa dan akhirnya, tidur hampir subuh dan bangun mendekati dzuhur.
Saat terjaga di suasana hening dinihari seperti ini, banyak hal datang silih berganti dalam pikiran. Terkebih tentang ucapan-ucapan menyakitkan di masa lalu, seringkali menghantuiku. Meski aku telah mencoba memaafkannya, tapi rasa sakit itu tak pernah hilang. Aku paham betul, tak seharusnya ucapan orang yang tak mengenalku menjadi pikiran dan mengganggu hidupku. hanya saja, aku begitu habis pikir pada mereka. Bagaimana mungkin orang bisa dengan begitu mudahnya menghakimi orang lain yang bahkan mereka tak pernah duduk dan mengobrol bersama. Bagaimana mereka Bisa mengejek seseorang dengan begitu dalamnya hanya dengan melihat bentuk tubuhnya. Bagaimana bisa seseorang menyakiti orang lain yang bahkan tak pernah mengusik hidupnya.
Entah apa yang ada dalam diri mereka hingga mereka seakan tak punya hati dan pikiran. Apa mereka menganggap diri merekalah yang paling sempurna, hingga dengan begitu mudahnya menghakimi sesuatu yang bahkan mereka tak mengerti. Jika mereka punya setidaknya sedikit saja hati dan pikiran, tentu mereka tak akan begitu. Bahwa bagaimana seseorang hidup adalah hasil dari apa yang mereka telah lewati. Kita tak pernah tau kesulitan, kesakitan dan penderitaan seperti apa yang telah seseorang lalui hingga sampai di titik dimana orang lain kemudian menghakiminya.
Untuk orang-orang yang telah menyakitiku, terimakasih untuk segala luka dan airmata yang telah kalian beri. Aku menjadi sekuat sekarang, tak lain adalah karena kalian. Aku tak tau kesalahan apa yang telah aku lakukan hingga kalian begitu membuatku terluka begitu dalam. Aku bahkan tak pernah masuk dalam kehidupan kalian, tapi kalian masuk dalam lingkaranku hingga menjadi mimpi buruk dalam waktu yang panjang. Tapi apapun itu, aku tak akan membalas semua yang telah kalian lakukan. Karena aku tak seperti kalian. Aku hanya percaya, bahwa tangan Tuhan yang akan bekerja.
Saat terjaga di suasana hening dinihari seperti ini, banyak hal datang silih berganti dalam pikiran. Terkebih tentang ucapan-ucapan menyakitkan di masa lalu, seringkali menghantuiku. Meski aku telah mencoba memaafkannya, tapi rasa sakit itu tak pernah hilang. Aku paham betul, tak seharusnya ucapan orang yang tak mengenalku menjadi pikiran dan mengganggu hidupku. hanya saja, aku begitu habis pikir pada mereka. Bagaimana mungkin orang bisa dengan begitu mudahnya menghakimi orang lain yang bahkan mereka tak pernah duduk dan mengobrol bersama. Bagaimana mereka Bisa mengejek seseorang dengan begitu dalamnya hanya dengan melihat bentuk tubuhnya. Bagaimana bisa seseorang menyakiti orang lain yang bahkan tak pernah mengusik hidupnya.
Entah apa yang ada dalam diri mereka hingga mereka seakan tak punya hati dan pikiran. Apa mereka menganggap diri merekalah yang paling sempurna, hingga dengan begitu mudahnya menghakimi sesuatu yang bahkan mereka tak mengerti. Jika mereka punya setidaknya sedikit saja hati dan pikiran, tentu mereka tak akan begitu. Bahwa bagaimana seseorang hidup adalah hasil dari apa yang mereka telah lewati. Kita tak pernah tau kesulitan, kesakitan dan penderitaan seperti apa yang telah seseorang lalui hingga sampai di titik dimana orang lain kemudian menghakiminya.
Untuk orang-orang yang telah menyakitiku, terimakasih untuk segala luka dan airmata yang telah kalian beri. Aku menjadi sekuat sekarang, tak lain adalah karena kalian. Aku tak tau kesalahan apa yang telah aku lakukan hingga kalian begitu membuatku terluka begitu dalam. Aku bahkan tak pernah masuk dalam kehidupan kalian, tapi kalian masuk dalam lingkaranku hingga menjadi mimpi buruk dalam waktu yang panjang. Tapi apapun itu, aku tak akan membalas semua yang telah kalian lakukan. Karena aku tak seperti kalian. Aku hanya percaya, bahwa tangan Tuhan yang akan bekerja.
Categories
Kopi Cinta,
Perihal Hati yang Patah,
Sebuah cerita
Subscribe to:
Posts (Atom)