Memiliki teman yang slalu setia menemani tentu menjadi mimpi bagi hampir semua orang. Meski pada kenyataannya, tak semua orang beruntung mendapatkan mimpi itu. Beberapa diantaranya justru merasakan sebaliknya. Memiliki teman yang justru hanya memanfaatkannya.
Aku beruntung, tak terlahir di keluarga orang kaya. Semakin kesini, aku semakin berfikir bahwa semakin tinggi tingkat ekonomi/popularitas seseorang akan semakin sulit mengenali mana teman yang tulus mana teman yang hanya memanfaatkan. Aku berkata begini bukanlh tanpa alasan. Ini adalah hasil dari aku memperhatikan beberapa orang yang aku kenal dan aku sempat mengalaminya juga.
Yaaa cerita ini memang seputar materi. Ada yang tiba-tiba mendekat hanya karena si A sekarang bermobil, ada juga karena si B memiliki hp yang apdet, tak sedikit juga karena si C pintar. Macem-macem ceritanya.
Tapi inti dari semua itu sama. Pertemanan yang berdasar kepentingan pribadi. Yaa jaman sekarang nyari seseorang yang tulus emang bukan hal yang mudah. Bahkan lebih sulit dari nyari jarum di tumpukan jerami.
Aku bersyukur, punya teman yang tak begitu. Saling tau kebobrokan diri satu sama lain, tapi tak pernah saling menghakimi. Meski jarang bertemu, tapi selalu rame kompak dan tak pernah kehabisan bahan seperti tiap hari ketemu. Yaa, memiliki sahabat itu seperti memiliki saudara lain dari orang tua yang berbeda. Saling menyayangi, saling berbagi, saling menjaga. Merasakan sakit dan sesak yang sama, ketika salah satu diantara kami terluka. Alhamdulillah aku memiliki mereka. Teman yang tulus adalah segalanya. We're rich, when we have something priceless.
Monday, 28 September 2015
Monday, 21 September 2015
Jarak adalah sebab
Malam-malam indah bertabur bintang dan sinar rembulan kini berganti menjadi malam gelap. Tanpa bintang, tanpa rembulan. Bahkan awan hitampun tak berani datang meski sekedar berbasa-basi.
Mimpi buruk itu datang. Kita berada di antara ratusan kilo meter yang terbentang Jakarta - Semarang. Kata yang selalu ingin aku hindari dalam menjalani sebuah hubungan, nyatanya kini datang menyapa.
Ketakutan itu. Yaa, kita tak akan pernah berusaha menghindari, tapi menghadapi. Meski terlihat susah untuk dijalani, tapi aku meyakini bahwa kita akan berhasil melewati. Hari-hari penuh penantian dan gundah, Malam-malam penuh rindu yang menyesakkan dada. Pada satu tujuan kita akan berpegang teguh saling menggenggam percaya. Saling berjuang untuk tetap menjaga. aku tak ingin ada bertahan dan mempertahankan. Yang ada hanyalah kita, tawa, cinta dan bahagia.
Barangkali dengan ini Tuhan ingin kita lebih menghargai saat-saat bersama. Karena Temu akan menjadi sesuatu yang amat mahal untuk bisa kita rengkuh. Bersabarlah demi apa yang telah kita cita-citakan. Bersabarlah akan apa yang tengah kita rasakan.
Jarak hanyalah alasan, agar kita bisa merasakan rindu. Jarak adalah alat, agar kita menjadi lebih kuat. Jarak adalah tujuan, yang membuat kita akan terus menjaga dan mencinta. Jarak adalah sebab, untuk temu yang selalu kita nantikan.
Categories
Perihal Hati yang Patah,
Sebuah cerita
Subscribe to:
Posts (Atom)