Sunday, 30 July 2017
Bulan ke dua di Jepang
Pic taken from: depan asrama
Sekigahara, Gifu
22 Juli 2017
Ini bulan ke dua ku berada di Jepang. Kadang, masih sempet kepikir "Betul Jepangkah ini?". Masih antara yakin ngga yakin kalo aku ternyata udah di Jepang. Rasanya kayak mimpi panjang yang tak kunjung usai.
Hari ini memasuki minggu ke dua aku kerja. Alhamdulillah... semua berjalan dengan baik dan lancar. Karna masih baru jadi ada begitu banyak hal yang harus dipelajari dan diingat. Tapi aku semangat. bagaimanapun nanti, seberat apapun yang harus dihadapi, aku akan berusaha dengan sebaik mungkin, semampu yang kubisa.
Pekerjaan yang kujalani di sini jadi yang pertama kujalani sepanjang hidup. Saat di awal semua emang terasa berat, mungkin karna badan masih kaget. Jadi yaaaa lebih gampang lelah. Tapi segimana lelahnya ngejalani kerjaan ini aku pikir masih jauh lebih mudah dari pada kerjaan yang melelahkan otak kayak jaman skripsi. *cry
Ada begitu banyak hal yang terjadi selama sebulan di Jepang. Kejadian-kejadian inilah yang akhirnya perlahan mengubah diriku. Aku seperti bukan aku. Aku yang dulu cengeng, setelah tinggal di mess jadi lebih bisa ngontrol perasaan. Kalo dulu bawaannya gampang baper, terus sedih, terus nangis. Kayak pas di senta, biasanya pas sendiri aku jadi melankolis dan slalu nangis di toilet. Wkwk Mulai dari inget ibulah, kangen temen-temen lah, pengen sama-sama kluarga, dll. sampe akhirnya pngen pulang. Tapi setelah di Mess, aku sama sekali nggak (belum pernah ) nangis ataupun sedih. Meski apa-apa selalu dikerja sendiri, ngga ada temen ngobrol ataupun curhat, tapi aku benar-benar menikmati semua kesendirian ini. Semua hal yang terjadi, tak pernah benar-benar aku pikir, apalagi aku rasa. Aku hanya menjalani apa yang ada dan apa yang seharusnya aku jalani.
Daaan ooh iyaa, sekarang aku dah bisa masak hahaa dengan beberkal sambel terasi dari Jawa dan saos teriyaki yang kubeli di supa, Alhamdulillah... masakanku sampai saat ini terselamatkan wkwk
Keadaan memang seringkali secara alami mengantarkan kita secara paksa menuju perubahan. Perubahan yang baik atau nggaknya, tergantung gimana kita menyikapi setiap kejadian itu.
Categories
Jepang,
Kehidupan di Jepang,
Kultur Jepang,
Sebuah cerita
Saturday, 22 July 2017
Bulan pertama di Jepang
Nagoya, Juni 2017
Pergi ke Jepang, adalah salah satu bucket list dalam hidupku. Puji syukur kepada Illahi, 10 Juni 2017 akhirnya mimpi itu menjadi kenyataan. Sabtu pagi, aku menjejakkan kakiku di negeri Matahari Terbit tepatnya di Nagoya.
Banyak hal yang kutakutkan saat datang di kota ini. gimana sentanya? Gimana nanti caraku nyesuaiin diri dengan lingkungan baru? Gimana bahasa Jepangku yang pas-pasan ini? Pokoknya ada begitu Banyak kekhawatiran yang kupendam dalam pikiranku. Tapi akhirnya, kekhawatiran itu hanyalah wujud ketidak siapanku mnghadapi dunia yang baru. Puji syukur, kehidupan selama satu bulan di senta bisa kujalani dengan baik dan lancar. Tak ada satu pun kekhawatiran ku yang benar-benar terjadi.
Di dua minggu terakhir, aku berhasil menjalin pertemanan dengan orang-orang baru. Orang-orang asing dari berbagai negara, yang menjalani kehidupan bersama di senta. Perbedaan budaya, watak, dan cara berpikir menjadikan kesalah pahaman sering terjadi. Tapi dari kesalah pahaman itu, aku dan mereka justru berhasil menjalin hubungan yang baik. Menghabiskan waktu bersama dengan bermain dan tertawa. Dengan bahasa Jepang yang sebisanya, kami bercerita banyak hal. Air mata pun tak dapat ditahan saat perpisahan akhirnya tiba.
Kebanyakan dari teman-teman yang cukup akrab denganku sih orang Vietnam. Sebagai teman, mereka orang-orang yang asik dan nyenengin. Tapi secara keteraturan hidup, mereka seringkali ngelanggar aturan; terlebih aturan di senta.
Pesta kecil dalam rangka perpisahan. aseliii asikk dan Baik banget mereka
ini dedek emess Kwang sama papah muda Kung. Papah muda ini juga orang yang asik. Aku cukup sering ngobrol sama dia, becanda-becanda di tempat foto ini. Ini bagian belakang senta. Kadang aku suka sarapan sama makan malem di luar. Beberapa kali juga belajar bareng.
Ini namanya Fueng tapi aku kasih nama khusus buat dia, Joko. Hahaa pas awal dia dateng, keliatannya keren dan macho. Ehh pas udah akrab, keliatan banget tingkah bocahnya. Dia juga asik, walaupun agak sering nyebelin wkwk tapi paling sering emang main bareng sama dia sih.
Beberapa hari sebelum ke kaisha, sesuai permintaannya, aku beli kenang-kenangan kecil buat dia. Dan sebagai balesannya, dia kasih aku gambar ini hahaa sama pensil juga + isinya. Wkwk
Di malam terakhir sebelum berangkat ke kantor, Salah seorang teman dari vietnam ngegigit tanganku. Katanya, itu kebiasaan orang vietnam saat berpisah. Biar yang aku selalu ingat dia katanya. Wth haha
Pergi ke Jepang, adalah salah satu bucket list dalam hidupku. Puji syukur kepada Illahi, 10 Juni 2017 akhirnya mimpi itu menjadi kenyataan. Sabtu pagi, aku menjejakkan kakiku di negeri Matahari Terbit tepatnya di Nagoya.
Banyak hal yang kutakutkan saat datang di kota ini. gimana sentanya? Gimana nanti caraku nyesuaiin diri dengan lingkungan baru? Gimana bahasa Jepangku yang pas-pasan ini? Pokoknya ada begitu Banyak kekhawatiran yang kupendam dalam pikiranku. Tapi akhirnya, kekhawatiran itu hanyalah wujud ketidak siapanku mnghadapi dunia yang baru. Puji syukur, kehidupan selama satu bulan di senta bisa kujalani dengan baik dan lancar. Tak ada satu pun kekhawatiran ku yang benar-benar terjadi.
Di dua minggu terakhir, aku berhasil menjalin pertemanan dengan orang-orang baru. Orang-orang asing dari berbagai negara, yang menjalani kehidupan bersama di senta. Perbedaan budaya, watak, dan cara berpikir menjadikan kesalah pahaman sering terjadi. Tapi dari kesalah pahaman itu, aku dan mereka justru berhasil menjalin hubungan yang baik. Menghabiskan waktu bersama dengan bermain dan tertawa. Dengan bahasa Jepang yang sebisanya, kami bercerita banyak hal. Air mata pun tak dapat ditahan saat perpisahan akhirnya tiba.
Kebanyakan dari teman-teman yang cukup akrab denganku sih orang Vietnam. Sebagai teman, mereka orang-orang yang asik dan nyenengin. Tapi secara keteraturan hidup, mereka seringkali ngelanggar aturan; terlebih aturan di senta.
Pesta kecil dalam rangka perpisahan. aseliii asikk dan Baik banget mereka
Ini namanya Vie, cewek Vietnam yang paling deket sama aku. Di satu minggu terakhir sebelum ke kaisha, dia sering kasih buku nikki (tugas catatan harian) ke aku buat dibaca, terus dikoreksi. Dari tulisan, kosakata sampe tata bhasanya. Dia malam terakhir sebelum ke kaisha, dia cerita sampe hampir nangis. Katanya, kalo aku pergi ngga ada lagi yang ngajarin dia bahasa Jepang. Cuma aku yang mau ngajarin dia selama di senta. Dia juga bilang, aku kalo ngejelasin pertanyaan dari dia slalu pake contoh jadi dia gampang paham. Sedihh sampe nangis ituu dia. Banyak hal yang aku sama dia bagi di senta.
Ini kenang-kenangan dari dedek emezz Kwang yang sering aku godain wkwk abis mukanya dia yang paling cute sih diantara semua pnghuni cowok senta ini dedek emess Kwang sama papah muda Kung. Papah muda ini juga orang yang asik. Aku cukup sering ngobrol sama dia, becanda-becanda di tempat foto ini. Ini bagian belakang senta. Kadang aku suka sarapan sama makan malem di luar. Beberapa kali juga belajar bareng.
Ini namanya Fueng tapi aku kasih nama khusus buat dia, Joko. Hahaa pas awal dia dateng, keliatannya keren dan macho. Ehh pas udah akrab, keliatan banget tingkah bocahnya. Dia juga asik, walaupun agak sering nyebelin wkwk tapi paling sering emang main bareng sama dia sih.
Beberapa hari sebelum ke kaisha, sesuai permintaannya, aku beli kenang-kenangan kecil buat dia. Dan sebagai balesannya, dia kasih aku gambar ini hahaa sama pensil juga + isinya. Wkwk
Di malam terakhir sebelum berangkat ke kantor, Salah seorang teman dari vietnam ngegigit tanganku. Katanya, itu kebiasaan orang vietnam saat berpisah. Biar yang aku selalu ingat dia katanya. Wth haha
Categories
Jepang,
Kehidupan di Jepang,
Kultur Jepang,
Sebuah cerita
Subscribe to:
Posts (Atom)